Senin, 09 April 2018

SEJARAH


A.   Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
              Pembahasan mengenai 4 (Empat) kerjaan Islam di Papua tersebut karena sumber-sumber yang kami baca dan pelajari bahwa keempat kerajaan Islam tersebut merupakan adalah :
1.         Merupakan wilayah kekuasaan kerjaan-kerajaan Islam dari Maluku
2.         Merupakan kerajaan-kerajaan yang memperoleh pengaruh dari kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku.
Penjelasan tentang keempat kerajaan tersebut kami temui secara kolektif tanpa terpisah-pisah atau dibahas satu-persatu, baik latar belakang lahirnya setiap kerajaan tersebut maupun proses keislamannya.
       1.    Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
       Sejak abad ke-16, selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk wilayah kekuasaan SultanBacan dan Sultan Ternate, kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari pulau Biak (serta daerah sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian dari wilayah mandala Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga propinsi-propinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan).
       Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misool, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan).
2.    Proses Masuknya Islam di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisir menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap menganut animisme.
       Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak.
       Di Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat beberapa Distrik Kerajaan-Kerajaan Islam yaitu :
a.        Kerajaan Namatota
       Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.
b.        Kerajaan Komisi
       Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi
c.         Kerajaan Fatagar
       Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan Kerajaan Rumbati.


d.        Kerajaan Ati-Ati
       Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.
e.         Kerajaan Rumbati
       Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi
f.         Kerajaan Pattipi
       Masuknya Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki keterkaitan dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya Islam di tanah Papua terdiri dari tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab, Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore dan Ternate. Masing masing dengan argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang asli Papua Fakfak, yang masih kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa dan disebarkan oleh Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan tetapi, Islam sudah berada di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh Tuhan.  
g.        Kerajaan Sekar
       Informasi atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.
h.        KerajaanWertuar
       Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu zaman. • Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.
i.          Kerajaan Arguni.
       Di Semenanjung Onin terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu kerajaan Rumbatikerajaan Fatagar, dankerajaan Atiati.
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
1.        Kerajaan Patipi,
2.        Kerajaan Sekar,
3.        Kerajaan Wertuar dan
4.        Kerajaan Arguni.
Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap dari kerajaan ini sulit ditemukan.
      


3.    Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
                     Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di daerah Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama resmi” bagi kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di daerah Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah memeluk agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan kehidupan masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat besar dalam membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Akan tetapi di sisi lain tampak pengamalan ajaran Islam sebagian penduduk Papua masih kurang mendalam sehingga terjadi keadaan yang kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan jalan hidup masyarakat Papua, maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru. Keadaan ini terjadi karena penerimaan mereka kepada Islam sebagai agama, tidak terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah kemasyarakatan dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa oleh Islam pada mulanya datangnya, hanyalah urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat) dan tidak mengubah lembaga-lembaga dalam kehidupan masyarakat yang ada. Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural mereka, karena sasaran utama dari pada penyebaran awal Islam hanya tertuju kepada soal iman dan kebenaran tauhid.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alam Indonesia

20 Keindahan Alam Indonesia yang Mendunia Indonesia adalah negara yang indah. Seluruh orang yang hidup di dalamnya juga pasti tau, tapi...